Minggu, 03 Juli 2011

Alkitab (3): Tips Membaca Alkitab

Saya berharap tulisan sebelumnya sudah cukup menyadarkan Anda betapa pentingnya memiliki kebiasaan membaca Alkitab. Tetapi seperti yang telah saya katakan juga, bahwa membaca saja tetapi tidak membawa perubahan dalam hidup kita sama saja bohong, tidak ada faedahnya.

Nah, berikut ini beberapa tips dari saya yang saya harapkan dapat membantu Anda membaca Alkitab dengan efektif.



1. Miliki waktu tetap

Berbahagialah orang yang ...kesukaannya ialah Taurat Tuhan, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. (Mzm 1:1-2)

Percuma Anda ingin melakukan sesuatu yang baik tanpa Anda ingin berkorban, termasuk Anda tidak bisa memiliki kebiasaan membaca Alkitab tanpa Anda mau mengorbankan sedikit waktu Anda. Tidak usah banyak-banyak; 15 hingga 30 menit pun cukup, asal waktu itu Anda pergunakan sebaik mungkin untuk merenungkan apa yang Anda baca.

Pertanyaan yang biasa muncul adalah: kapan waktu yang tepat? Saran saya adalah sebaiknya Anda memilih waktu dimana Anda tidak akan terganggu dengan kesibukan lainnya. Beberapa orang menyarankan agar Anda memiliki waktu pagi hari, segera setelah bangun atau malam hari sebelum tidur. Melakukannya pada waktu luang di sela-sela aktifitas pekerjaan juga tidak ada salahnya, hanya saja kurang efektif karena Anda sewaktu-waktu dapat terganggu dengan aktifitas lain yang mendadak.

2. Siapkan bahannya sebelum mulai

Sebisa mungkin Anda memiliki bahan bacaan Alkitab yang terjadwal; jangan random atau suka-suka Anda sendiri. Soal bahan bacaan Alkitab, orang biasanya berpedoman dari Bacaan Alkitab Setahun, agar selama setahun dari Januari hingga Desember mereka sudah dapat menamatkan seluruh isi Alkitab.

Tapi tamat Alkitab pun, kalau tidak direnungkan dengan baik rasanya percuma saja. Maka dari itu beberapa orang lainnya biasanya memilih dari buku-buku renungan. Melalui buku-buku seperti ini, Anda tidak hanya memiliki bahan tentang apa yang akan dibaca pada hari itu, tetapi juga Anda memiliki penuntun bagaimana merenungkan bahan yang Anda baca itu. Buku-buku seperti ini bisa Anda dapatkan di toko-toko buku.

3. Siapkan catatan

Biasakan mencatat setiap renungan (atau apa yang Anda renungkan) dari bahan bacaan Alkitab Anda. Apapun yang menurut Anda penting: poin-poin aplikatif, ayat-ayat yang berkesan, contoh-contoh yang dapat Anda terapkan dalam kehidupan sehari-hari, catat!

Mencatat dapat membantu Anda mengingat kembali hal-hal apa saja yang Anda renungkan, sehingga bukan tidak mungkin Anda dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan Anda. Bahkan, kalau Anda merasa perlu, buat kata-kata bijak yang menguatkan dari ayat atau bahan yang Anda baca, lalu jadikan status di Facebook atau Twitter atau blog Anda. Sebagian besar tulisan di blog ini pun saya kembangkan dari catatan-catatan perenungan harian saya.

Nah, berkaitan dengan poin 2 dan 3 di atas, salah satu yang sering menjadi kelemahan Orang Kristen adalah bahwa mereka menginterpretasikan Firman Allah itu menurut pengertian mereka sendiri. Hati-hati, hal ini dapat membawa Anda kepada pemahaman yang salah akan Firman Tuhan.

Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah. (2Ptr 1:20-21)

Oleh karena itu, saya sangat menyarankan Anda sebaiknya memiliki buku renungan yang membantu Anda memahami setiap bahan yang Anda baca (seperti poin 2 di atas). Kalaupun ada yang tidak Anda pahami, tanyakan pada pemimpin rohani Anda, jangan ditafsirkan senaaknya sendiri.

4. Lakukan!

Poin ini adalah inti dan yang paling sulit diterapkan. Sayangnya, saya sendiri pun tidak dapat berkata-kata banyak tentang poin ini.

Kurang lebih setahun yang lalu (tahun 2010), saya menghadiri ibadah Minggu pagi yang dipimpin seorang pendeta yang masih asing bagi saya.

"Apa lagi yang dapat saya katakan kepada Anda semua?!" katanya di tengah-tengah khotbahnya. "Saya berkata-kata panjang lebar di sini pun, pasti tidak Anda lakukan!" Suaranya mulai bergetar tetapi ia masih menahan air matanya.

Ia melanjutkan, "Apa yang saya katakan di sini saat ini pasti tidak akan Anda lakukan setelah Anda keluar dari gedung ini. Siapa pun yang berbicara dari atas mimbar ini, apakah Anda dengarkan? Mungkin Anda dengar, tapi tidak Anda lakukan setelah keluar dari sini. Lalu minggu depan Anda kembali lagi, mendengarkan, tetapi masih saja Anda langgar."

Dan itulah pertama kali saya melihat seorang Hamba Tuhan menangis dari atas mimbar; bukan tangisan sukacita, bukan pula menangis karena terharu, tetapi tangisan kesedihan melihat sikap Orang Kristen yang setelah diperingatkan pun sulit untuk melakukannya.

Kemudian saya merenungkannya. Mungkin memang bukan saatnya lagi memberikan khotbah kepada Orang Kristen, "Kamu harus lakukan itu, jangan lakukan itu! Kamu harus begini, bukan begitu!" Setiap orang harus dibangun kesadarannya sendiri-sendiri. Anda pun demikian. Percuma Anda merenungkan Alkitab itu siang malam, kalau Anda tidak memiliki kesadaran untuk melakukannya. Anda renungkan, toh tidak Anda lakukan juga. Jadi, untuk poin ini, saran saya cuma satu: milikilah kesadaran dari dalam diri sendiri untuk melakukan Firman Tuhan itu.

Penulis Mazmur 119 adalah contoh orang, yang tidak hanya membaca Firman Tuhan, tetapi juga melakukan apa yang ia baca. Memang sangat tepat apabila LAI (Lembaga Alkitab Indonesia) menyimpulkan seluruh Mazmur 119 ini dalam judul perikop "Bahagianya orang yang hidup menurut Taurat Tuhan."

Jadi, saya berharap, tiga tulisan dengan tema "Alkitab" ini dapat memberikan motivasi kepada para pembaca untuk senantiasa merenungkan Firman Tuhan itu serta melakukannya.

Selamat membaca Alkitab dan jadilah para pelaku Firman.

Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar: